Judul Novel : Insya Allah, Sah
Pengarang : Achi TM
Jumlah halaman : 319
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama.
Kupegang dan kuelus jilbab yang kupakai.Ada getar getar aneh di hatiku.Getaran yang dahsyat dan indah.Lebih indah dari getaran ketika Dion menyatakan cintanya padaku.Ini seperti jatuh cinta...Seperti menyadari bahwa ..kamu menemukan sesuatu yang selama ini kamu cari.Aku bersimpuh dengan kaki lemas, kemudian menangis ( halaman 238)
Sinopsis
Silvi, pemilik Silviana Sexy Boutique, sangat merasa tersanjung saat Dion, kekasihnya 3 tahun terakhir berniat melamarnya.Dalam perjalanan menuju kantor Dion, dia terjebak dalan sebuah lift yang macet bersama Raka.Nama terakhir ini ternyata anak buah Dion. Sementara Dion adalah seorang produser sebuah girl band, yang salah satu anggotanya adalah Gina adik Silvi. Sementara Raka menangani sebuah grup musik Islami Muslim Is You.
Dalam kepanikannya, Sivi berujar akan mengenakan jilbab jika lift itu terbuka. Sebuah nazar yang sempat didengar Raka.Sementara itu, akhirnya Dion dan keluarganya melamar Silvi dan akhirnya disepakati sebuah pernikahan dalam 100 hari ke depan. Dan bukannya menggunakan jasa WO, Silvi bermaksud mempersiapkannya sendiri, tentu saja bersama Dion dan juga dibantu Kiara, sahabat karibnya sejak SMA, juga Gina adiknya.Sebuah keputusan yang akhirnya disesali belakangan.
Ternyata Dion diharuskan mengawal sebuah band baru bernama Banana yang akan melakukan tour dalam 60 hari ke depan ke 30 kota. untuk mencari vokalis.Suatu kenyataan yang memukul batin Silvi. Apalagi pada saat yang bersamaan Kiara juga diharuskan dokter bedrest agar kandungannya baik baik saja. Sebelum pergi Dion menunjuk Raka untuk menemani Silvi. Permintaan itu disanggupi Raka dengan syarat harus ada orang ke 3 karena Raka bukan muhrim Silvi. Raka yang alim, mendasarkan semua hal dalam kegiatannya sehari hari sesuai syariat agama yang diyakininya.Alasan Dion karena Raka diharapkan bisa menjaga Silvi, yang belum apa apa sudah tertipu oleh sebuah wedding organizer fiktif.
Lalu dimulailah keseruan dan kehebohan. Bagaimana tidak, seorang calon pengantin yang nervous, seorang pendamping alim yang seringkali menyelipkan pesan pesan religi yang menyebalkan, juga adik dan kelompoknya yang naksir si alim.Mulai dari tragedi tuxedo robek, keracunan di katering sampai berbagai masalah yang timbul kemudian.Seperti Silvi yang keseleo, tertipu sekali lagi, toko bunga yang kebakaran sampai surat ke KUA yang telat diurus, bahkan Dion yang mendadak masuk rumah sakit di salah satu kota yang disinggahinya.Dan juga kehadiran Anna, rival dan pembulinya di SMA.
Semua kejadian itu akhirnya mengingatkan Silvi akan nazarnya saat terjebak di lift.Akhirnya Silvi memutuskan untuk memakai jilbab, yang tentu saja didukung oleh Kiara sahabatnya, juga ibu kandungnya, tapi ditentang oleh Gina adiknya. Semenjak memakai jilbab, Silvi merasa segalanya dimudahkan. Jalannya menuju pernikahan semakin terang.Dia juga memutuskan untuk merubah label butiknya, dengan membuat baju baju Islami.
Sayangnya masalah tidak berhenti sampai di situ.Sekembalinya Dion ke Jakarta, ternyata dia tidak suka dan setuju Silvi memakai jilbab. Silvi yang galau pun akhirnya malah membuka kembali jilbabnya dalam foto prawedding mereka.Hingga pada suatu saat Silvi dihadapkan pada dua pilihan, mencintai Allah atau Dion.
Lalu apakah yang terjadi kemudian? Apakah akhirnya perkawinan itu terjadi? Bagaimana hubungan Silvi dengan Anna yang masih saja jadi pengganggunya dan siapakan perempuan yang diharapkan Raka jadi pendampingnya kelak?
Review saya
Novel setebal 319 halaman ini didapuk sebagai sebuah chicklit Islami. Dan profesi pengarang sebagai penulis skenario amat sangat membantu membuat novel ini segar dan enak dibaca. Adegan adegannya filmis banget, dimulai dengan prolognya yang menawan. Pesan pesan tentang sebuah hubungan yang Islami juga sarat tersebar di sepanjang halaman. Juga humor humor segar yang membuat novel ini kaya warna.Tapi sayangnya ada beberapa adegan yang jadi terjebak seperti adegan sinetron.Juga beberapa sikap yang menurut saya malah agak kurang Islami. Untuk cerita ini, typo dalam penulisan minim sekali, hanya ada di beberapa kata.
Beberapa kritik saya untuk novel ini adalah,
1/ Pengkategorian novel ini sebagai novel dewasa. Padahal menurut saya, novel ini aman dibaca, kalau yang dimaksud dewasa adalah kontennya. Penulisan kata dewasa, mengakibatkan dua konsekuensi, dibeli karena penasaran atau tidak dibeli karena dianggap tidak pantas. Bahkan pembaca remaja pun bisa membacanya. Kenapakah tidak dilabeli chicklit Islami saja?
2/ Beberapa kesalahan penulisan
- halaman 50, keranjang ditulis ranjang.
- halaman 63, di pelaminan ditulis disambung.
- halaman 122, liver ditulis lever.
- halaman 103, ada tanda baca ? dan tanda seru yang ditulis berdampingan. Apakah maksudnya?
- halaman 124, ..untuk memberikan gaun dan tuxedo hasil rancanganku.., bukankah yang benar..untuk memberikan rancangan gaun dan tuxedo ya?
- halaman 197, Silvi melihat sebucket atau sebuket bunga pengantin?
3/ Beberapa kalimat yang terkesan kurang lengkap, yakni,
- halaman 63, disebutkan bahwa Om Bayu akan mencarikan tempat bulan madu. Kan belum disebutkan di mana, tapi di kalimat berikutnya ada kalimat..aduh, terlalu jauh om...
- halaman 19, disebutkan bahwa omzet butik Silvi itu milyaran. Dalam sebulan, setahun?
4/ Raka digambarkan sebagai pemuda yang alim dan memegang teguh nilai nilai Islami. Tapi saya kok malah merasa beberapa tindakannya kurang islami, seperti:
- halaman 49. Walaupun dimaksudkan untuk bahan candaan, tapi rasanya kalau disuruh membersihkan sepatu yang sedang dipakai, Raka seharusnya menolak. Bisa dengan cara yang halus. Atau dengan mengganti adegan.
- halaman 86, Raka menegur dengan kata kata pedas pada sepasang muda mudi yang menonton syuting video klip,di depan banyak orang. Islam itu santun, bisa dipilih cara lain untuk menasehati kan?
- halaman 128-129. Raka memang salah karena mau saja dipaksa mencoba tuksedo yang jelas jelas sempit dan akhirnya robek. Tapi mengganti seluruh kerugian juga bukan langkah yang bijak.
5/ Ada beberapa bagian yang menurut saya..maaf, kurang tepat atau juga berlebihan, seperti
- halaman 104, disebutkan Dion memberikan kartu kartu kreditnya ke Silvi. Sepengetahuan saya, kartu kredit tak bisa dipakai oleh orang lain, itu illegal. Walau dalam kenyataannya mungkin saja terjadi, tapi akan lebih aman misalnya kalau yang diberikan kartu debit atau cek/giro.
- halaman 237 dan 272 diceritakan bahwa Gina sang adik, menerjang dan merenggut jilbab si kakak. Sementara di bagian lain diceritakan juga dia menggunting baju baju muslim kakaknya. Sekasar itukah tindakan seorang adik?
- Di bagian nyaris ending kan disebutkan bahwa ada pergantian pasangan. Muncul pertanyaan, apakah acara diadakan di tanggal yang ditetapkan semula. Kalau ya, bagaimana surat KUA diurus sedemikian cepat. Kalau tidak, bagaimana nasib undangan yang beredar.
- Ada juga satu bagian, disebutkan bahwa salah satu tokoh menikah tanpa ketahuan? Agak mengherankan buat saya. Di Indonesia, perkawinan adalah sebuah ritual yang melibatkan keluarga besar. Jadi kalau tidak ada ba bi bu, trus tiba tiba menikah?
Itu saja beberapa kritik dan pertanyaan yang terbersit di benak saya setelah membaca tuntas novel ini. Saya yakin ke depannya, penulis akan bisa menghasilkan karya karya yang lebih baik. Gaya menulis yang ditopang oleh kemampuannya menulis skenario, lincah dan mengalir.Dan saya yakin akan banyak disukai pembaca.
Insya Allah, Sah, Proses Pra Pernikahan Yang Seru..
KATA KOTA KITA( JAKARTA)
Judul buku : Kata Kota Kita
Pengarang : Idawati Zhang, Putra Zaman dll.
Jenis/ Genre : Kumpulan Cerpen
Jumlah halaman : 270
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Sinopsis
Buku ini beris 17 cerpen karya penulis penulis terpilih dari Gramedia Writing Project Batch 1. Dengan mengambil kata kunci kota, tulisan tulisan ini mengambil setting 14 kota.Penulisnya, ada yang sudah menulis novel solo, ada yang belum. Mungkin itu juga salah satu alasan tidak meratanya kualitas cerpen cerpen di sini.Beberapa di antaranya yang menurut saya menarik adalah,
1/ Ora, mengambil setting Ambon, ditulis oleh Ayu Rianna.
Bagi saya, setting cerpen yang bercerita tentang sepasang sahabat, tapi sebenarnya salah satu atau salah duanya mencintai , keren banget. Tentang sebuah tempat indah yang nun jauh di Ambon sana.Sayangnya, sampai akhir cerita saya malah bingung. Tokoh ceweknya sudah menikah, suaminya sering meninggalkannya untuk dinas( nggak tahu profesinya apa), tapi malahan kerja di tempat yang jauh dari mana mana.
2/ Let The Good Times Roll, mengambil setting New Orleans, ditulis oleh Emha Eff.
Cerpen ini bercerita tentang seorang remaja yang tidak suka dengan teman wanita ayahnya, yang naga naganya akan jadi ibu barunya.Tapi dalam sebuah perjalanan ke New Orleans, perempuan itu malah jadi penyelamatnya, saat dia hampir terjebak dalam tipu muslihat seseorang yang ditemuinya di dunia maya.Buat saya, ceritanya seru, juga settingnya tergarap dengan baik.
3/Sparks, mengambil setting New York, ditulis oleh Emilya Kusnadi.
Cerpen yang bercerita tentang seorang gadis pembimbang yang menolak lamaran pemuda yang disukainya, nyaris tanpa alasan. Yang saya suka dari novel ini adalah cara bertutur pengarang yang asyik, juga settingnya yang cukup, tak kurang tapi juga tak berlebihan.
4/ Mamon, Cintaku Padamu, setting Semarang, ditulis oleh Idawati Zhang.
Ini cerita terbaik menurut saya. Berkisah tentang seorang perempuan yang ditinggal mati suaminya yang seorang kriminal. Lalu dia kembali ke Semarang, tempat di mana rumah orang tuanya berada. Sebetulnya si perempuan sudah tak diakui anak lagi, tapi dia kembali karena merasa punya hak atas emas emas batangan milik orang tuanya. Sayangnya, maksudnya ketahuan kakak kandungnya. Mereka berkelahi, sang kakak terluka dan dirawar di rumah sakit. Dan si perempuan dihadapkan pada suatu pilihan sulit yang ditawarkan kaka iparnya.Sayangnya, setting buat cerita ini entah kenapa malah lemah sekali.
5/ Ankara di bawah Purnama, setting Ankara, penulis Tsaki Daruchi.
Walau pun ceritanya absurd dan serem, juga terus terang bukan gaya yang saya sukai, diksi penulis keren dan setting tempatnya juga cukup.
Review
Terus terang ekspektasi saya pada buku ini cukup tinggi. Tapi sayangnya, tidak demikian kenyatannya.Dari 17 cerpen yang ditulis, tidak sampai separuhnya yang menurut saya enak dinikmati. Dengan berbagai sebab, mulai dari setting yang kurang atau malah kebanyakan sehingga mirip buku wisata, cerita yang bikin bingung dan tidak ada yang baru, juga twist yang mudah ditebak.
Selain itu, pemilihan kotanya nggak variatif. Dari 17 cerpen, 3 cerpen memakai setting Jakarta dan 2 cerpen memakai setting Jogjakarta. Padahal kan kota di Indonesia ratusan, duhhh.
Ada lagi yang mengganjal, ada dua cerpen yang punya ide yang sama, tentang orang yang sudah meninggal tapi masih bisa berinteraksi dengan yang hidup
Besar harapan saya, untuk saat saat mendatang, cerpen cerpen yang ditampilkan lebih berkualitas.
GERANIUM BLOSSOM,Sebuah Dilema Cinta
Judul novel : Geranium Blossom
Pengarang : Wylvera Windayana
Penerbit : Puspa Suara
Jumlah halaman : 238
Tahun Terbit : 2015
Sinopsis
Dian Amira, seorang perancang muda busana muslim. Ketika dia berada di Jakarta untuk suatu kompetisi, dia berkenalan dengan Rafli Kurniawan, seorang pemerhati busana. Tante Rafli dan Amira, terlibat dalam satu komunitas perancang di Medan.Di acara tersebut Dian menjadi pemenang berbakat. Sayangnya untuk pemenang busana muslimah terbaik adalah Sita, saingannya sejak di Sekolah Mode.
Perkenalan di Jakarta berlanjut ke Medan. Karena ketertarikan yang sama, mereka menjadi dekat dan mulai menjalin hubungan.Dan semua perkembangan itu Dian ceritakan pada Wily, sahabat masa kecilnya yang tinggal di Bern, Switzerland.Dulu sekali, keluarga Dian pernah tinggal di Bern. Keluarganya dan keluarga Willy jadi akrab. Dan itu berlanjut sampai Dian dan Wily dewasa.Dian bahkan menganggap Wily kakaknya sekaligus sahabatnya. Tak ada rahasia di antara mereka, khususnya Dian.
Sayangnya, Dian baru menceritakan tentang pertemanan dengan Wily di setahun usia hubungannya dengan Rafli.Walau sebetulnya, Wily menyarankannya untuk bilang lebih awal.Dan ternyata feeling Wily benar, Rafli marah sekaligus cemburu.Dia berpikir, di belakangnya, hubungan Dian dan Wily tak sekedar teman.
Belum habis kecemburuan Rafi, Dian mendapat tawaran magang selama 3 bulan di luar negri, yang sayangnya itu di Bern, kota di mana Wily bekerja dan tinggal.Tak mau kehilangan, Rafli melamar Dian sebelum keberangkatannya. Dan sayangnya ini pun ditunda sampai setelah Dian pulang ke Indonesia.
Akhirnya Dian pun pergi ke Bern. Disela waktunya mengerjakan busana- busana muslim, dia juga bertemu Wily. Sosok yang begitu disayanginya itu sudah berubah secara fisik. Sebuah kecelakaan saat bermain ski, membuat kakinya pincang.Tapi bagi Dian, Wily yang dulu dan sekarang tetaplah sama. Orang yang selalu ada di saat suka dan duka.
Lantas apakah yang terjadi setelahnya? Apakah Rafli tak mengambil langkah apa apa untuk mengobati rasa kecewa dan cemburunya? Lalu, apakah Sita masih menjadi saingan yang layak diperhitungkan? Dan apakah ada yang salah ketika Dian merasa ada yang berubah di rasanya?
Review
Sebagai sebuah novel roman pertama dari seorang penulis yang lebih dulu dikenal sebagai penulis buku anak dan blogger, novel ini cukup menarik.Ada beberapa poin yang mendasari hal itu, yakni :
1/ Karakter karakter tokoh utamanya kuat dan membumi. Nggak ada yang sempuirna seratus persen. Dian yang kalem, tapi bisa juga mual ketika nama Sita disebut( halaman 6). Atau Sita yang dalam beberapa hal culas, ternyata melakukannya karena mencintai seseorang( halaman 219)
2/ Deskripsi tentang settingnya cakep.Pasti kalau bukan penulisnya pernah tinggal di kota tersebut, risetnya bagus. Jadi tidak berkesan tempelan belaka.
3/ Dialog dialognya juga hidup, walau nampak kaku di bab bab awal.
4/ Bahasanya santun. Walau salah satu tokoh tinggal di luar negri dan ini novel roman, tapi aman dari adegan dewasa.
Tapi, selain beberapa kelebihan, ada beberapa kekurangan yang saya temukan. Banyak di antaranya adalah kesalahan tulis, inkosistensi dan beberapa hal lain. Dari novel ini, saya kok merasa kurangnya peran editor.Seharusnya, kalau editor jeli, kesalahan kesalahan berikut tak akan terjadi.Kesalahan kesalahan yang saya maksud adalah :
1/ Saya merasa kurang nyaman dengan daftar isi yang menggunakan dua bahasa alias campur campur. Menurut saya, akan lebih cakep kalau ditlis dalam bahasa Indonesia/ bahasa Inggris saja.
2/ Kesalahan penulisan kata
Beberapa di antaranya adalah :
- halaman 19, memperhatian seharusnya memperhatikan.
- halaman 17, atletik seharusnya atletis.
- halaman 94, seandinya seharusnya seandainya.
- halaman 109 dan 143, iterlaken seharusnya interlaken.
- halaman 179, menikmat seharusnya menikmati
- halaman 189, dihisi, seharusnya dihiasi.
- halaman 202, menyikasku seharusnya menyiksaku.
- halaman 208, menjajikan, seharusnya menjanjikan.
- halaman 216, sebarang seharusnya seberang.
- halaman 216,kemenganan seharusnya kemenangan.
3/ Ada beberapa inkosistensi, yakni :
- Di halaman 29 ditulis orange leychi, sementara di halaman 67 ditulis orange lyche, mana yang benar?
- Di halaman 8 dikatakan Dian ada di belakang panggung dan sepertinya dia tak pernah ke tempat lain kecuali mengambil makanan sebentar. Tapi di halaman 11 diterangkan bahwa dia akan ke belakang panggung. Bukannya dari tadi dia di sana ya?
- Diterangkan bahwa Wily dan Dian sering melakukan chatting via skype, tanpa menggunakan fasilitas kamera. Tapi di halaman 38 dituliskan...aku semakin geli melihat wajah putih Wily.Lho?
4/ Beberapa pemilihan kata yang menurut saya kurang tepat, seperti :
- halaman 137, ditulis" kulirik jam di lenganku". Menurut saya lebih tepat kulirik jam di pergelangan tanganku.
- halaman 134, ditulis" menunya ikan laut dan sea food". Bukannya itu dua hal yang sama ya?
5/ Banyak kata dalam bahasa Inggris yang sudah punya padanan kata dalam bahasa Indonesia, seperti progress, budget, souvenir dan support. Ada baiknya digunakan yang sudah baku saja.
Terlepas dari beberapa kekurangan di atas, untuk karya pemula, novel ini enak dinikmati. Bahasanya sederhana, konfliknya juga rapat. Pasti di karya karya berikutnya, akan tersaji novel yang lebih apik.Oh ya, kalau boleh memberi saran, karena prolog adalah bagian penting dari cerita untuk menarik minat pembaca, maka untuk selanjutnya prolog sebaiknya lebih nendang. Juga tentang penggunaan kalimat kalimat panjang yang di beberapa bagian agak menyesakkan, agak dikurangi ke depannya.
Akhirnya, ulasan ini akan saya tutup dengan sebuah quote sederhana" Masakan pertama kadangkala tak seenak buatan koki ternama. Tapi bukankah mencoba dan mencoba lagi akan mendekatkan rasa keduanya?"
TUSTEL,Memotret kehidupan siapa?
Judul Novel Tustel, Capturing Moments of Life
Pengarang Maria Surbakti
Penyunting Maria Surbakti
Penerbit Pohon Cahaya
Tahun Terbit Januari 2015
SINOPSIS
Sulu Aruan, seorang pemuda berasal dari Tanah Batak, adalah dokter lulusan Universitas Gajah Mada, Jogjakarta. Di akhir masa kuliahnya dia bertemu dengan seorang perempuan bermarga Sitorus bernama Chrisinta atau biasa dipanggil Sin. Tapi sayang hubungan mereka tak direstui orang tua Sulu, karena marga mereka termasuk marga yang dilarang menikah.Akhirnya Sulu memutuskan untuk menempuh PTTnya di Maluku. Di sana salah satu pasiennya adalah Ratih. Seorang wanita yang masih memendam cinta pada Kasim kekasihnya, tapi dijodohkan dengan Abim yang pegawai negri.
Di sana pula Sulu berjumpa dengan Hasan, temannya semasa co ass yang akhirnya mengajak Sulu pindah kerja ke Atambua, sebuah daerah di perbatasan Timor Leste dan Indonesia.Hasan juga bermasalah dengan perkawinannya.Berkat saran saran dari Sulu, hubungannya dengan istrinya membaik kembali.Sementara itu Sulu yang patah hati lalu pergi ke Wina untuk suatu penelitian. Juga mengajar para pengungsi.
REVIEW
Bagi pembaca, novel adalah kesatuan antara kaver, ide yang diolah menjadi jalan cerita yang menarik juga ditulis menurut standar baku, yakni menurut EYD.Pertama tentang kaver, cukup menarik. Gambal tustel kuno dalam nuansa hitam putih. Masuk ke jalan cerita dan saya pun terkaget kaget. Ada banyak hal yang menyebabkan kekagetan saya. Beberapa di antaranya adalah,
1/ Editing yang buruk. Bagaimana tidak, nyaris di setiap halamannya ada kesalahan penulisan. Mulai dari tak bisanya penulis yang sekaligus jadi editor membedakan penggunaan " di" sebagai awalan( yang seharusnya disatukan dengan kata dasar) dan di sebagai kata depan( yang seharusnya dipisahkan dengan kata dasarnya).Kalau hanya satu atau dua kesalahan, saya maklum. Lantas kalau hampir di setiap halaman?
Selain itu banyak kata( dua kata) yang digabung jadi satu.Mengganggu sekali.Ada juga kesalahan penulis yang selalu menulis kata " kosong" menjadi " kotsong"
2/ Pernyataan- pernyataan yang tidak sinkron.
Ada beberapa contoh, misalnya:
- di halaman 77 ditulis Sulu membawa Sin menemui kakaknya. Tapi di bagian lain masih di halaman yang sama ditulis" Kalau kau berani menikahi abangku, jangan harap kuanggap dirimu sebagai kakak.
- di halaman 108 ditulis Sulu tidak mau datang memeriksa Ratih. Tapi di bagian lain di halaman yang sama ditulis " Kalau ada apa apa dengan Ratih, ibu bisa panggil saya"
- di halamn 105 ditulis kekasih Ratih namanya Kasim, tapi di halaman 106 disebutkan sebagai Hasan.
- di halaman 105 juga ada kalimat sama yang ditulis berulang.
Mahkota Cahaya Untuk Ayah Bunda, Tak Mudah menjadi Hafiz..
Judul buku : Mahkota Cahaya Untuk Ayah Bunda
Pengarang : Fifa Dila.
Penerbit : Noura Books( Mizan Publika)
Jumlah halaman : 254
Tahun terbit : 2014
Hafiz gemetaran. Kakek menyuruhnya menkhatamkan Al-Quran agar selamat dunia akhirat. Pak Jafar menhardiknya karena tidak sekolah dan tidak punya masa depan. Seandainya orang tuanya masih ada, apa kata mereka?
SINOPSIS.
Hafiz masih berusia setahun, saat kapal yang ditumpanginya bersama ayah ibunya terbakar hebat di lautan. Ayahnya terjebak di sebuah ruangan di dalam kapal dan terbakar, sementara ibunya tenggelam di saat terakhir menyongsong kapal penyelamat. Seorang teman ayahnya lalu membawanya ke P Antara, sebuah pulau kecil di dekat P Bawean, tempat dengan jarak tempuh 4 jam menggunakan perahu motor dari Surabaya.Di pulau itulah kakeknya, Ustaz Alimudin tinggal.
Kini di usianya yang 10 tahun, Hafiz menghabiskan hari harinya bersama kakeknya, seorang pendakwah yang juga mengurus langgar.Setiap hari, kegiatan utamanya adalah menghapal Al Quran di bawah bimbingan kakeknya. Pagi, siang, sore dan malam, kesibukannya berkutat di langgar untuk menghapal dan setor hapalan, membersihkan langgar, diselingi menggembalakan kambing kambingnya. Tapi bukan berarti Hafiz kehilangan keceriaan masa kecilnya. Di sela sela menggembala, dia melakukan banyak kegiatan bersama teman temannya, Nur, Mahmud, Jidan dan Riski. Dari mulai berenang di sebuah air terjun kecil, mencari buah buahan, mengambil kelapa muda dll. Sekilas mereka tak berbeda, kecuali satu hal, Hafiz tidak mengenyam pendidikan formal seperti teman temannya yang lain.
Hal itu kian lama kian mengganggu pikiran Hafiz. Bersekolah sepertinya menarik. Sebagai seorang anak berusia 10 tahun, rutinitas menghapal kadang juga agak membosankan. Tapi kehendak kakeknya agar Hafiz bisa mengkhatamkan Al Quran juga amat sangat penting.Dua hal yang menimbulkan dilema buatnya. Apalagi setelah anak anak bercerita bahwa ada guru baru dari kota, pak Jafar namanya. Guru yang disukai dan dekat dengan anak anak. Suatu hari, Hafiz yang penasaran, melihat aktivitas sekolah dari dekat. Dan di sanalah, dia berkenalan dengan pak Jafar yang lalu berjanji akan bertemu kakeknya, agar Hafiz bisa sekolah juga. Tapi rencana itu belum juga dilaksanakan, mungkin karena kesibukannya mempersiapkan darmawisata bersama teman temannya ke Surabaya.
Hafiz pun tidak tinggal diam. Secara perlahan lahan dia berusaha mengemukakan keinginannya kepada sang kakek, di sela acara menghapal dan setor hapalannya. Kakeknya yang keberatan, berkata" Kakek ingatkan lagi dan lagi nak. Luruskan niatmu. Cita citamu sekarang hanya satu, menjadi penghapal Al Quran. Hadiahkan mahkota cahaya untuk orang tuamu di surga" ( halaman 63).Tapi pada akhirnya sang kakek luluh juga. Hafiz boleh sekolah setelah khatam Al Quran nya. Dan karenanya, Hafiz pun kian giat menghapal agar keinginannya untuk bersekolah bisa tercapai.Dan satu kegiatan tambahan yang dilakukannya adalah mendengarkan pelajaran dari balik jendela kelas, di sela menggembala kambing.Mulai belajar menghapal, juga menggambar, tapi tanpa sepengetahuan pak Jafar.
Keadaan sudah mulai membaik, saat sesuatu terjadi. Kakeknya bersama Pak Umar tetangganya, pergi ke kota dijemput polisi. Hafiz yang polos mengira kakeknya mendapat undangan ceramah di Kecamatan.Ternyata kakeknya dibawa karena hendak ditahan, setelah dituduh sebagai teroris. Dampaknya, langgar jadi sepi dan teman teman menjauhinya. Untunglah keadaan ini tak bertahan terlalu lama. Kakeknya tak terbukti teroris dan dilepaskan atas bantuan teman Pak Jafar dari Surabaya.Tapi lagi lagi ujian datang lagi. Tak lama tinggal di rumah, kakeknya meninggal dunia. Dan itu jadi pukulan yang teramat berat buat Hafiz.
Guncangan yang dialami Hafiz amatlah besar. Dia bahkan masih menganggap kakeknya ada. Dan sesuatu yang ganjil terjadi. Hafiz banyak melupakan hapalan hapalannya, juga melupakan bacaan adzan, hal yang sebelumnya dia hapal luar kepala. Hafiz lalu berusaha keras agar hapalan hapalannya kembali, Pagi siang dan malam, dan akhirnya dia pun tumbang.Hafiz ditemukan pingsan dan dibawa ke puskesmas. Selama 4 hari dia harus menginap di sana karena menderita thyphus.Setelah sembuh dan pulih kembali, atas inisiatif Pak Umar dan Pak Jafar, juga sepersetujuannya, Hafiz berangkat ke Surabaya untuk mengikuti Pesantren Ramadhan di tempat kenalan Pak Jafar, Ustaz Habib Abdullah.
Lalu apakah yang terjadi setelah Hafiz sampai di Surabaya? Apakah cita citanya untuk mengkhatamkan Al Quran akan tercapai? Apakah kedatangan pertamanya ke Surabaya tidak bermasalah? Apakah akhirnya Hafiz juga bisa menempuh perndidikan formal seperti teman temannya?Apakah komunikasi antara Hafiz dan teman temannya juga Pak Jafar masih terjalin?
Review saya,
Saya membeli novel ini sekitar 4 bulanan yang lalu, tapi baru sempat membacanya sekarang. Dan terus terang saya menyukainya. Pesan dari novel ini, yakni tentang keutamaan mengkhatamkan Al Quran, dan diimplementasikan dalam tulisan populer tentulah bukan hal yang mudah. Tapi sebagai pembaca awam, saya merasa penulis telah berhasil melakukannya.Lewat tokoh utama, yakni Hafiz, seorang bocah berusia 10 tahun dan Pak Alimudin kakeknya, kita diajak penulis untuk mengerti, bahwa itu bukan hal yang mudah. Lewat konflik demi konflik yang terbangun, pembaca seperti dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan.
Sweetly, Sebuah Kegilaan Cinta..
Judul buku : Sweetly ( Tak Semua Hal Semanis Kelihatannya)
Pengarang : Jackson Pearce.
Penerjemah : Ferry Halim
Penerbit : Atria
Jumlah halaman : 399
SINOPSIS
Dua belas tahun lalu, Gretchen dan kembarannya, mereka berusia 6 tahun dan saudara lelakinya yang berusia setahun lebih tua, Ansel, harus mengalami suatu peristiwa yang tragis.Dalam sebuah perjalanan ke hutan, sesosok penyihir atau siluman bermata kuning memburu mereka dan mengambil kembaran Gretchen.Lalu setelah itu kesedihan berturut turut datang. Si kembaran yang tak ditemukan, orang orang yang menyalahkan, kedua orang tua yang bersedih dan diakhiri dengan berpulangnya keduanya.
Dan 12 tahun kemudian, Gretchen dan Ansel, terusir dari rumahnya sendiri oleh ibu tirinya, yang dinikahi almarhum ayah mereka setelah kematian sang ibu. Secara hukum, usia mereka berdua sudah bisa dikategorikan mandiri. Dan dengan sejumlah uang yang tak banyak, mereka memutuskan untuk berkendara ke Pantai Folly, Carolina Selatan.Sayangnya kerusakan kendaraan mengharuskan mereka terdampar di sebuah kota tua nyaris tanpa penghuni, Live Oak.
Orang orang yang tak bersahabat menyambut kedatangan mereka. Tapi apa mau dikata, demi melanjutkan perjalanan, mereka harus tinggal lebih lama. Hingga seorang Jed memeberikan solusi jitu untuk mengatasi masalah kendaraan mereka, yakni dengan mencari tempat untuk memperoleh uang, dengan bekerja sementara waktu.Jed mengajak keduanya ke kediaman Sophia yang punya toko permen dan coklat di ujung daerah itu, berbatasan dengan hutan.Hal yang ditentang keras oleh seorang anak muda asing yang mereka temui, yang kemudian mereka tahu bernama Samuel.
Sophia adalah perempuan cantik dan menyenangkan, yang pada jumpa pertama berhasil memikat hati Gretchen dan Ansel. Buat Gretchen, Sophia mengingatkannya pada saudara perempuan yang pernah dimilikinya dan bagi Ansel tentu saja karena daya tarik fisik yang dipunyainya. Ansel lalu mulai melakukan pekerjaan pekerjaan reparasi di rumah yang ditinggali Sophia sendiri sepeninggal ayahnya, srmentara Gretchen membantu Sophia melakukan banyak hal yang berkaitan dengan toko coklatnya.
Sebenarnya rencana mereka berdua adalah tinggal sehari, tapi pada kenyataannya, Sophia sukses membujuk untuk tinggal lebih lama. Dan mereka menikmatinya. Ansel dengan" kedekatannya" dengan Sophia dan Gretchen dengan tekadnya untuk meninggalkan ketakutannya pada hutan dan penyihir, juga mulai bersosialisasi dengan penduduk kota kecil itu. Banyak di antara mereka terang terangan menyatakan ketidak-sukaannya kepada Sophia, karena mereka menganggapnya bertanggung jawab atas hilangnya banyak gadis gadis remaja, setelah sebuah pesta tahunan yang diselenggarakannya berlangsung.
Gretchen tentu saja menganggap semuanya itu omong kosong belaka, sampai banyak kejadian aneh terjadi. Mulai dari ditemukannya banyak cangkang kerang di gudang terkunci, sebuah nama yakniNadia, juga sikap Sophia yang berubah ubah dan terkesan menyembunyikan sesuatu. Dan diakhiri oleh sebuah kejadian menyeramkan, saat Gretchen mencoba melawan ketakutannya dengan pergi ke hutan sendirian, tanpa kakaknya. Dan hanya ditemani anjing Sophia.Di dalam hutan, Gretchen bertemu dengan sosok menyeramkan bermata kuning, sama seperti sosok yang memburunya 12 tahun yang lalu.Sosok yang kemudian menjelma menjadi mirip serigala atau fenrish.Untunglah, seseorang menyelamatkannya dengan tembakan yang menewaskan si fenrish . Seseorang yang kemudian ternyata adalah Samuel.
Setelah kejadian itu, Gretchen menjadi dekat dengan Samuel dan minta diajari menembak. Karena dia ingin bisa menghadapi Fenrish dan membunuhnya. Dan tentu saja, ini di luar pengetahuan Sophia dan Ansel, dengan berbagai alasan.Dan dalam berbagai kesempatan, Gretchen dan Samuel mulai memburu para siluman serigala tersebut.Ansel juga mulai merasakan ada hal yang aneh menyangkut Sophia, tapi seperti juga adiknya, mereka belum menemukan bentuk keanehan tersebut. Mereka bahkan mengajak Sophia pergi, tapi Sophia tidak mengiyakannya sampai Festival yang diadakannya berlangsung.
Dan saat Festival itu berlangsung, Gretchen memergoki Sophia sedang bercakap cakap dengan seseorang. Dan percakapan itulah, jawaban dari semua tanda tanya selama ini. Tentang misteri cangkang cangkang yang membuat Sophia mendadak muram, juga tentang gadis gadis yang menghilang selama 2 tahun terakhir ini.
Lantas apakah yang terjadi sesungguhnya? Siapakah Sophia sesungguhnya, siapakah Nadia, juga adakah kaitan antara para siluman dan Sophia?
Membaca buku buku terbitan Atria selalu menyenangkan. Walau banyak di antaranya kisah klasik, tapi tidak membosankan karena selalu banyak pesan dan pelajaran hidup di dalamnya. Hanya untuk buku ini, saya merasa agak bermasalah dengan penerjemahannya. Beberapa kalimat terbaca aneh dan membingungkan. Selain itu, banyak bagian dari novel ini serasa bertele tele. Pengarang terlalu asyik bercerita tentang latihan menembak Gretchen dan Samuel dalam banyak halaman. Juga jenis jenis kue atau permen coklatnya, susah dibayangkan, seperti kentang/ jeruk yang bersalut coklat( bagaimana rasanya ya?)
Untungnya 3 atau 4 bab terakhir seru dan bikin nggak sabat untuk membacanya. Ide yang unik, menggabungkan unsur kuliner dan horor dalam satu buku.
Esperanza Rising, Selalu ada Harapan..
Judul Novel : Esperanza Rising
Pengarang : Pam Munoz Ryan
Penerjemah : Maria M Lubis
Jumlah halaman : 238
Penerbit di Ind : Serambi.
SINOPSIS
Esperanza hampir berusia 13 tahun, nyaris punya segalanya. Mama dan Papa yang mencintainya, Ramona dan Sixto Ortega. Mereka tinggal di El Rancho de las Rosas,sebuah tanah perkebunan penghasil anggur di Meksiko. Sang ayah adalah pemiliknya dan Anza adalah anak tunggalnya.Bisa dibayangkan hari harinya adalah keahagiaan dan kemewahan. Besok adalah hari ulang tahunnya dan dia tahu jika dia akan mendapatkan persembahan srenade saat matahari terbit.Papa dan para lelaki yang tinggal di perkebunan itu akan berkumpul di bawah jendelanya, suara mereka yang merdu dan manis akan menyanyikan Las Mananitas, lagu ulang tahun.( halaman 9). Tapi ternyata, harapan hanya tinggal harapan.
Malam itu datang sebuah kabar, sang Papa meninggal dibunuh saat bersama para pekerja membetulkan pagar di tepi terjauh perkebunan. Esperanza merasa jantungnya bagaikan jatuh. Dia jatuh berlutut dan tenggelam dalam luang gelap keputusasaan, tidak memercayai semua ini.( halaman 20).Ulang tahunnya tetap dirayakan setelah hari berkabung, tapi keadaan tak pernah sama lagi. Apalagi setelah Paman dari pihak ayahnya( Tio Luis dan Tio Marco) mendesak mamanya untuk membeli rumah mereka dengan harga yang sangat murah.Suatu tawaran yang tentunya ditolak mentah- mentah.Juga tawaran untuk menikahinya dari salah seorang paman.
Sepertinya kemalangan baru dimulai. Tak lama kemudian, rumah yang mereka tinggali terbakar habis.Mama, Abuelita( orang tua mamanya) dan Esperanza harus tinggal dan tidur di pondok pondok pekerja( halaman 39). Dan tak ada keraguan sedikit pun bahwa kedua pamannya ada di balik semua musibah ini.Setelah kejadian itu, sekali lagi para paman datang, masih mengajukan tawaran yang sama.Akhirnya mereka minus Abulieta yang sedang sakit, memutuskan untuk menyeberang perbatasan, bersama Alfonso, Hortensia dan Miguel, pasangan anak beranak, yang merupakan orang kepercayaan almarhum papanya.Kelengkapan dokumen disiapkan oleh adik adik Abuelita yang tinggal di biara.
Dan dimulailah perjalanan yang tak mudah itu. Dimulai dengan berbaring di dasar gerobak dan menempuh perjalanan yang berat selama 2 hari, yang kemudian dilanjutkan dengan naik kereta. Alfonso membawa mereka ke sebuah gerbong dengan barisan bangku kayu, sudah penuh sesak oleh rakyat jelata( halaman 60).Sebuah perjalanan panjang yang ditempuh lebih dari 4 hari.Dan sampailah mereka akhirnya di sebuah perkebunan besar, tempat di mana saudara Alfonso bersama keluarganya tinggal dan bekerja.
Lalu mulailah hari hari yang tak pernah dibayangkan Anza harus dihadapinya. Pada mulanya dia tinggal di gubuk sempit dan merawat bayi kembar keponakan Alfonso, sementara ayah dan ibu mereka bekerja.Suatu hal yang tidak mudah saat Anza harus melakukan segalanya sendiri, untuk pertama kali, mulai dari kesulitan menggunakan sapu, kebingungan saat mencuci dll. Untunglah Anza akhirnya bisa belajar. Keadaan yang membaik itu ternyata tak bertahan lama.
Mamanya yang bekerja terlalu keras dan depresi pada saat yang bersamaan karena harus berpisah dengan Abuelita mendadak jatuh sakit dan setelah pengobatan yang tak kunjung menampakkan hasil, akhirnya harus dirawat di rumah sakit untuk waktu yang entah sampai berapa lama.Mau tak mau, Esperanza harus mengambil alih tanggung jawab di usianya yang sangat muda. Suasana kerja yang berat ditambah banyaknya percik percik pemberontakan imigran menuntut upah yang sepadan, bukan hal yang mudah untuk dilaluinya.Lalu apakah yang terjadi setelah itu? Apakah keadaan mamanya akan membaik, bisakah dia mengumpulkan uang untuk mendatangkan Abuelita? Dan apakah Esperanza harus menyerah?
REVIEW saya,
Ini buku tentang Meksiko yang saya punya. Berharga sangat murah karena dibeli di obralan karena tertarik pada sinopsis di bagian belakang buku. Sungguh tak menyesal membelinya, karena jadi paham lebih banyak tentang budaya Meksiko, salah satu kulinernya. Jika dulunya saya hanya paham tortilas, cabai jalapeno dan empanadas, sekarang jadi tahu juga burritos, arroz, flan de almendra dll.Sayangnya banyak di antaranya tanpa catatan kaki, sehingga harus browsing lagi.
Hal lain yang menarik adalah situasi di saat kisah itu terjadi dideskripsikan dengan gamblang. Jadi seperti kita hadir di antara para tokoh dalam cerita itu. Bukan hal yang mengherankan, karena novel ini ditulis berdasarkan kisah nyata nenek si penulis. Kita juga jadi lebih paham, diskriminasi ada di mana pun, dalam berbagai bentuk. Dan ketidak adilan ternyata bisa menimpa siapa saja.
Penulisan bab babnya dengan judul aneka buah juga menarik, sayangnya kadang pencantuman itu berkesan tempelan, walau beberapa di antaranya mewakili cerita di bab tersebut. Penerjemahnya juga berhasil menghadirkan emosi para tokoh secara utuh, khusunya bagian bagian di mana terjadi kejutan kejutan yang menimpa Esperanza. Seperti saat dia tak bisa menggunakan sapu atau mencuci popok para bayi yang diasuhnya
Lewat novel ini, tersimpan banyak hikmah, salah satunya adalah kuatnya kasih sayang antar anggota keluarga dan orang orang terdekat, bisa membantu menghadapi tantangan seberat apa pun.Juga dikisahkan bahwa selama kita masih punya harapan, walau kita berada di titik nol sekali pun, kita bisa bangkit. Jadi teruslah memelihara harapan, menuangkannya dalam kerja keras dan menggenapinya dengan doa tak be4rkesudahan. Hasilnya akan nampak, cepat atau lambat.