Akhirnya,
selesai juga saya membaca novel setebal 139 halaman ini. Sebuah novel
garapan 2 orang penulis yang keduanya adalah favorit saya, Riawani Elyta
dan Shabrina Ws.Sebuah novel dengan tema yang tak biasa, yakni tentang
kehidupan orang utan di habitatnya, hutan Kalimantan.
Di halaman-
halaman awal, saya sempat bingung, siapa Ping siapa Karro. Ternyata
Ping adalah nama tokoh dalam fabel yang ditulis oleh Molly, yang idenya
adalah seorang urang utan bernama Karro.Orang hutan yang masih remaja
ini, kehilangan ibunya yang dibunuh oleh oknum dalam sebuah upaya
pembukaan ladang kelapa sawit.Karro yang hendak dijual di pasar gelap,
ditemukan oleh petugas kehutanan dan ditampung di sebuah pusat
rehabilitasi, sebelum nantinya dikembalikan ke habitat aslinya.
Dan
orang utan inilah yang menarik perhatian Molly, seorang mahasiswa yang
ikut temannya, seorang peneliti muda dari Inggris bernama Nick yang
sedang melakukan riset tentang orang utan di Kalimantan. Karro menarik
perhatian, karena dia kelihatan menarik diri dari teman- temannya. Tapi
karena perhatian yang intens dari Molly, Karro jadi bisa menunjukkan
ekspresinya lagi.
Tentu tidak mudah, menulis tentang tema yang
besar dengan jumlah halaman yang terbatas. Tapi di tangan kedua penulis
yang bersahabat ini, segala sesuatunya menjadi mungkin. Dan pesan yang
ingin disampaikan, kita terima utuh. Tentang perlunya menjaga
kelestarian hutan, untuk menjaga kelangsungan hidup banyak satwa yang
banyak di antaranya sudah langka, dengan orang utan sebagai contohnya.
Cara
Shabrina melukiskan tentang kehidupan satwa di dalam hutan pun indah
dan detil sekali, sampai- sampai saya berpikir, apakah masih ada hutan
seindah ini di bumi Indonesia. Penceritaannya pun mengalir, enak dibaca.
Kalau pun ada yang kurang, ini malahan tentang karakter 4 tokoh
utama yang tak terlalu kuat( mungkin karena keterbatasan halaman ya).
Juga mungkin karena novel ini diniatkan untuk menitik beratkan pada
kehidupan satwa. Apalagi tokoh Arhie yang terkesan cuma jadi tempelan.
Juga
tentang konflik yang nyaris tak ada( kecuali tentang konflik antara
orang utan dan orang- orang yang menangkapnya). Begitu juga tentang
penelitian Nick yang nampak samar dijelaskan.
Apa pun, kita butuh
lebih banyak novel seperti ini. Yang membidik misi penyelamatan
lingkungan, dengan bahasa sederhana yang bisa ditangkap tanpa kening
berkerut.Novel yang tidak hanya menyuguhkan tentang dunia kota, tapi
juga mengajak kita berpikir ulang, apakah yang telah kita lakukan untuk
lestarinya "rumah" kita bersama.Sebuah novel yang sarat pesan dan
hikmah, tapi disajikan dalam bahasa yang membumi..sebuah asupan bergisi
bagi nurani, lewat bacaan
1 komentar:
keren
dunia kreatif indonesia
Posting Komentar