@SyifaDhani. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

GERANIUM BLOSSOM,Sebuah Dilema Cinta

Judul novel               :  Geranium Blossom
Pengarang                :  Wylvera Windayana
Penerbit                   :  Puspa Suara
Jumlah halaman        :  238
Tahun Terbit             :  2015

Sinopsis

    Dian Amira, seorang perancang muda busana muslim. Ketika dia berada di Jakarta untuk suatu kompetisi, dia berkenalan dengan Rafli Kurniawan, seorang pemerhati busana. Tante Rafli dan Amira, terlibat dalam satu komunitas perancang di Medan.Di acara tersebut Dian menjadi pemenang berbakat. Sayangnya untuk pemenang busana muslimah terbaik adalah Sita, saingannya sejak di Sekolah Mode.
    Perkenalan di Jakarta berlanjut ke Medan. Karena ketertarikan yang sama, mereka menjadi dekat dan mulai menjalin hubungan.Dan semua perkembangan itu Dian ceritakan pada Wily, sahabat masa kecilnya yang tinggal di Bern, Switzerland.Dulu sekali, keluarga Dian pernah tinggal di Bern. Keluarganya dan keluarga Willy jadi akrab. Dan itu berlanjut sampai Dian dan Wily dewasa.Dian bahkan menganggap Wily kakaknya sekaligus sahabatnya. Tak ada rahasia di antara mereka, khususnya Dian.
    Sayangnya, Dian baru menceritakan tentang pertemanan dengan Wily di setahun usia hubungannya dengan Rafli.Walau sebetulnya, Wily menyarankannya untuk bilang lebih awal.Dan ternyata feeling Wily benar, Rafli marah sekaligus cemburu.Dia berpikir, di belakangnya, hubungan Dian dan Wily tak sekedar teman.
    Belum habis kecemburuan Rafi, Dian mendapat tawaran magang selama 3 bulan di luar negri, yang sayangnya itu di Bern, kota di mana Wily bekerja dan tinggal.Tak mau kehilangan, Rafli melamar Dian sebelum keberangkatannya. Dan sayangnya ini pun ditunda sampai setelah Dian pulang ke Indonesia.
   Akhirnya Dian pun pergi ke Bern. Disela waktunya mengerjakan busana- busana muslim, dia juga bertemu Wily. Sosok yang begitu disayanginya itu sudah berubah secara fisik. Sebuah kecelakaan saat bermain ski, membuat kakinya pincang.Tapi bagi Dian, Wily yang dulu dan sekarang tetaplah sama. Orang yang selalu ada di saat suka dan duka.
    Lantas apakah yang terjadi setelahnya? Apakah Rafli tak mengambil langkah apa apa untuk mengobati rasa kecewa dan cemburunya? Lalu, apakah Sita masih menjadi saingan yang layak diperhitungkan? Dan apakah ada yang salah ketika Dian merasa ada yang berubah di rasanya?


Review

Sebagai sebuah novel roman pertama dari seorang penulis yang lebih dulu dikenal sebagai penulis buku anak dan blogger, novel ini cukup menarik.Ada beberapa poin yang mendasari hal itu, yakni :
1/ Karakter karakter tokoh utamanya kuat dan membumi. Nggak ada yang sempuirna seratus persen. Dian yang kalem, tapi bisa juga mual ketika nama Sita disebut( halaman 6). Atau Sita yang dalam beberapa hal culas, ternyata melakukannya karena mencintai seseorang( halaman 219)
2/ Deskripsi tentang settingnya cakep.Pasti kalau bukan penulisnya pernah tinggal di kota tersebut, risetnya bagus. Jadi tidak berkesan tempelan belaka.
3/ Dialog dialognya juga hidup, walau nampak kaku di bab bab awal.
4/ Bahasanya santun. Walau salah satu tokoh tinggal di luar negri dan ini novel roman, tapi aman dari adegan dewasa.

Tapi, selain beberapa kelebihan, ada beberapa kekurangan yang saya temukan. Banyak di antaranya adalah kesalahan tulis, inkosistensi dan beberapa hal lain. Dari novel ini, saya kok merasa kurangnya peran editor.Seharusnya, kalau editor jeli, kesalahan kesalahan berikut tak akan terjadi.Kesalahan kesalahan yang saya maksud adalah :
1/ Saya merasa kurang nyaman dengan daftar isi yang menggunakan dua bahasa alias campur campur. Menurut saya, akan lebih cakep kalau ditlis dalam bahasa Indonesia/ bahasa Inggris saja.
2/ Kesalahan penulisan kata
Beberapa di antaranya adalah :
  - halaman 19, memperhatian seharusnya memperhatikan.
  - halaman 17, atletik seharusnya atletis.
  - halaman 94, seandinya seharusnya seandainya.
  - halaman 109 dan 143, iterlaken seharusnya interlaken.
  - halaman 179, menikmat seharusnya menikmati
  - halaman 189, dihisi, seharusnya dihiasi.
  - halaman 202, menyikasku seharusnya menyiksaku.
  - halaman 208, menjajikan, seharusnya menjanjikan.
  - halaman 216, sebarang seharusnya seberang.
  - halaman 216,kemenganan seharusnya kemenangan.
3/ Ada beberapa inkosistensi, yakni :
  - Di halaman 29 ditulis orange leychi, sementara di halaman 67 ditulis orange lyche, mana yang benar?
  - Di halaman 8 dikatakan Dian ada di belakang panggung dan sepertinya dia tak pernah ke tempat lain kecuali mengambil makanan sebentar. Tapi di halaman 11 diterangkan bahwa dia akan ke belakang panggung. Bukannya dari tadi dia di sana ya?
  -  Diterangkan bahwa Wily dan Dian sering melakukan chatting via skype, tanpa menggunakan fasilitas kamera. Tapi di halaman 38 dituliskan...aku semakin geli melihat wajah putih Wily.Lho?
4/ Beberapa pemilihan kata yang menurut saya kurang tepat, seperti :
  - halaman 137, ditulis" kulirik jam di lenganku". Menurut saya lebih tepat kulirik jam di pergelangan tanganku.
  - halaman 134, ditulis" menunya ikan laut dan sea food". Bukannya itu dua hal yang sama ya?
5/ Banyak kata dalam bahasa Inggris yang sudah punya padanan kata dalam bahasa Indonesia, seperti progress, budget, souvenir dan support. Ada baiknya digunakan yang sudah baku saja.

Terlepas dari beberapa kekurangan di atas, untuk karya pemula, novel ini enak dinikmati. Bahasanya sederhana, konfliknya juga rapat. Pasti di karya karya berikutnya, akan tersaji novel yang lebih apik.Oh ya, kalau boleh memberi saran, karena prolog adalah bagian penting dari cerita untuk menarik minat pembaca, maka untuk selanjutnya prolog sebaiknya lebih nendang. Juga tentang penggunaan kalimat kalimat panjang yang di beberapa bagian agak menyesakkan, agak dikurangi ke depannya.
Akhirnya, ulasan ini akan saya tutup dengan sebuah quote sederhana" Masakan pertama kadangkala tak seenak buatan koki ternama. Tapi bukankah mencoba dan mencoba lagi akan mendekatkan rasa keduanya?"



 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 komentar:

wylvera mengatakan...

Meleleh baca ulasan ini.
Terima kasih yang tak terhingga atas semua koreksinya, Mbak. Insya Allah, akan saya jadikan pegangan untuk karya berikutnya. Mohon do'anya agar saya tetap semangat belajar meningkatkan potensi menulis novel-novel semacam ini. Kesalahan dan kekurangan dalam novel ini semoga bisa menjadi pemicu. Aamiin.

Unknown mengatakan...

sama sama dik. Saya yakin engkau bisa. Ini hanya masalah waktu dan keberuntungan. Tetap semangat yaa

Posting Komentar