@SyifaDhani. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Belajar mensyukuri setiap detik yang Tuhan hadiahkan buat kita..

Judul buku     :     One Amazing Thing
Pengarang      :     Chitra Banerjee Divakaruni
Penerjemah    :     Sujatrini Liza
Penerbit          :    Qanita
Jumlah hal       :    410

   Pada awalnya, mereka bersembilan adalah orang yang dipertemukan di sebuah konsulat India yang terletak di lantai bawah tanah sebuah gedung, di Amerika.Beberapa di antaranya sedang mengurus visa untuk mengunjungi India, tentu saja dengan berbagai alasan yang melatar-belakanginya.Juga ada seorang pejabat konsulat dan seorang pegawai perempuan.Mereka tidak saling mengenal, sampai sebuah peristiwa menjadikan mereka harus berinteraksi satu sama lain.Dan peristiwa itu, sayangnya adalah bencana gempa bumi yang meruntuhkan sebagian dari ruangan di mana mereka berada.

  Tragisnya lagi, interaksi yang terjadi pada awalnya adalah interaksi negatif. Dan kesembilan orang yang terdiri dari Uma, si gadis kuliahan, Lily si bocah 13 tahunan dan neneknya Jiang, Mr dan Mrs Prichett, orang tua berusia 70 an, Cameron, seorang pria kulit hitam berusia 50 tahunan, Tariq, seorang pemuda dengan janggut lebat, Malathi, gadis di balik meja juga Mr Mangalam si pejabat konsulat, terlibat dalam serangkaian adu argumen, juga stress yang berkepanjangan. Betapa tidak, terperangkap dalam sebuah tempat tanpa tahu kapan pertolongan datang. Tidak ada penerangan, sambungan telpon yang mati, air dan makanan yang terbatas. Belum lagi luka yang dialami oleh beberapa di antaranya. Sementara pada setiap saatnya, runtuhan demi runtuhan berjatuhan di sekitar mereka, juga genangan air yang kian meninggi.


  Alih- alih saling membantu, pada awalnya mereka saling berseteru dan bersitegang. Sampai akhirnya diambil keputusan untuk saling bercerita tentang jati diri mereka masing- masing, juga kisah yang membawa mereka ke kantor konsulat itu.Di bawah arahan Cameron yang menjadi pemimpin non formal mereka, cerita demi cerita pun digulirkan.

  Jiang si nenek tua bercerita bahwa dia dulunya tinggal di sebuah rumah yang tampak luarnya biasa- biasa saja, di Kalkuta, dengan seorang kakak yang dokter gigi( Steven) dan punya sebuah toko sepatu.Di tempat itu, dia berkenalan dan jatuh cinta dengan seorang pemuda India bernama Mohit.Sebuah hubungan yang atas nama apa pun tidak disukai oleh orang tua mereka.Sebuah penyerangan tentara China ke perbatasan India, merubah hidup mereka. Karenanya, Jiang harus diungsikan ke AS dan dinikahkan dengan sesama dokter, sahabat kakaknya. Mereka kemudian berhasil mendapatkan kemakmuran yang diimpikan. Setelah suaminya meninggal, Jiang dan kakaknya berencana mengunjungi rumah mereka di masa kecil dulu.

  Sementara Mangalam bercerita tentang kehidupan rumah tangganya yang suram. Mangalam yang dilahirkan sebagai anak pintar tapi miskin, merasa bahwa dia harus membuat sebuah tindakan drastis untuk merubah hidupnya. Dan itu dilakukannya dengan bergabung pada sebuah klub film dan membuat salah seorang anggotanya yang juga anak pejabat penting jatuh cinta dan menikahinya. Tapi kehidupan perkawinan bahagia yang didambakannya hanyalah angan- angan. Istrinya mendadak menjadi orang yang arogan, seenaknya sendiri dan menjadi sosok paling menyebalkan yang pernah dikenalnya.

  Lantas ada banyak cerita lain yang diceritakan oleh para korban, di tengah situasi yang semakin tak menentu di setiap waktunya.Yang masing- masing cerita itu seperti mengungkap semua rahasia yang selama ini mereka pendam, karena berbagai alasan.Lantas, bagaimanakah akhir dari cerita ini? Apakah akhirnya mereka terselamatkan? Saya pun tidak berhasil menemukan jawabannya, karena endingnya yang menggantung. Gemes karena saya berharap ending yang bahagia tentunya.

  Membaca novel ini, pertama saya tertarik pada idenya.Hanya perlu sebuah peristiwa, yakni gempa bumi, untuk membuat sebuah jalinan cerita yang menarik di setiap halamannya.Selanjutnya, saya salut pada kepintaran pengarang merangkai cerita dengan 9 tokoh utama yang porsi masing- masingnya sama rata. Konfliknya juga nendang. Kalau pun ada beberapa bagian yang sepertinya tidak berhubungan, saya memakluminya karena ini melalui proses penerjemahan.

  Moral dari cerita ini adalah bagaimana emosi seseorang tampak jelas, saat dia dihadapkan pada sebuah situasi yang tidak dikehendaki dan tak bisa dihindari. Juga tentang diperlukannya kerja sama antar korban dan meniadakan kepentingan sendiri. Karena setiap kesalahan, akan berdampak pada keseluruhan yang lain. Juga agar kita selalu menghargai setiap detik kehidupan yang telah Tuhan hadiahkan kepada kita. Satu lagi, jangan lupa selalu membawa air minum dan makanan di dalam tas saat bepergian, karena dalam keadaan darurat, itu akan sangat berguna.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 komentar:

Leyla Hana mengatakan...

Aku juga suka buku ini. Salah satu buku yg bisa dijadikan bahan untuk belajar menulis :-)

Unknown mengatakan...

Sepakat dik.Walau dengan bahasa yang bukan aslinya, tapi keseluruhan cerita keren yaa...

Posting Komentar