@SyifaDhani. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Dunia Ibu dan 1001 permasalahannya

                                                         Judul buku    :    Memoir Of ASC Mom
                                                         Pengarang     :   Poppy D Chusfani
                                                         Genre           :    Metropop

Penerbit        :    PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah hal      :   152


Pertama kenal nama penulis ini, saat menerjemahkan buku anak anak karangan Roald Dahl yang berjudul BGF, dan menyukai caranya. Terjemahannya begitu hidup sehingga pembaca tidak mengalami kesulitan saat menikmati novel yang sebenarnya ditulis dalam bahasa asing.Dan ketika melihat namanya sebagai seorang penulis, buku ini langsung masuk tas untuk dibawa pulang.

Pertama melihat kavernya, kesan pertama adalah rame banget yak. Mengingatkan saya pada kaver kaver chicklitnya Sophie Kinsella. Walau gambar gambar yang ditampilkan mewakili semua tugas dan pekerjaan seorang ibu, tapi sepertinya pengurangan beberapa gambar masih bisa ditoleransi.Jumlah halamannya ketipisan menurut saya, karenanya habis terbaca dalam 1 jam saja.

Beruntungnya, ketipisan buku ini berbanding terbalik dengan muatannya. Isinya betul- betul apa adanya, tidak menambah mau pun mengurangkan, walau untuk beberapa bagiannya agak lebay, tapi tetap asyik kok dibacanya.Ringan secara tulisan, tapi berat secara pembahasan, karena menyangkut suka duka sebuah profesi paling purba, menjadi ibu.


Buku ini berkisah tentang Amelia, anak bungsu dari 6 bersaudara yang berasal dari keluarga berada. Dengan posisinya sebagai anak terakhir, Amelia sudah menjadi sorotan dari keluarga besarnya. Mulai dari mencarikannya jodoh( padahal dia sudah berpacaran selama 8 tahun dengan Baron). Setelah kemudian Baron diterima bekerja dan mereka menikah, bukan berarti gangguan gangguan itu selesai. Amelia yang setelah setahun belum juga hamil dan akhirnya memutuskan untuk bekerja sebagai freelancer( sebelumnya dia bekerja sebagai editor di sebuah penerbitan ternama), Dan Baron sempat mendiamkan salah satu sepupunya karena sang sepupu kelepasan bercanda menggunakan istilah perempuan mandul( halaman 18).

Untungnya, Amelia punya suami yang mengerti sekali dirinya. Alih alih menyalahkannya atas kebelum hamilannya, Baron mengajak Amel berlibur ke sebuah pondok tepi pantai yang romantis agar gundah menghilang dari dirinya. Dan satu bulan kemudian, Amel hamil. Sebuah kebahagiaan yang seharusnya disyukuri, ternyata bisa juga jadi bahan gangguan demi gangguan dari keluarga besarnya. Mulai dari kemanjaan yang seharusnya tidak dituruti( padahal kandungan Amel memang lemah), menjejalkan berbagai mitos yang nggak jelas kebenarannya, sampai melarang ini itu. Padahal keadaan Amel di semester pertama kehamilannya betul- betul memprihatinkan.

Dan ketika akhirnya Amel melahirkan dan membesarkan Anika, campur tangan dan perkataan yang sering menyinggung perkataan itu masih saja terjadi. Apalagi ketika suatu waktu, perusahaan tempat Baron bekerja bangkrut dan Baron kehilangan pekerjaannya dan harus menganggur sementara waktu( halaman 92).Mereka menyalahkan Baron atas kebangkrutan perusahaannya, menganggap Baron tidak becus bekerja dan menkhawatirkan masa depan Anika. Padahal walau harus mengetatkan ikat pinggang, mereka masih baik- baik saja karena masih ada tabungan buat cadangan hidup 6 bulan ke depan dan Amelia makin giat mencari pekerjaan freelancer sambilan, selain di perusahaan tempat bekerjanya dulu.Keadaan tambah runyam saat hadir Dhea, teman SMA Baron, yang masih mengejar- ngejar Baron dan menawarkan suatu pekerjaan menarik.

Lantas, bagaimanakah selanjutnya cerita ini bergulir? Akankah Dhea akan jadi ancaman bagi kehidupan perkawinan Amel dan Baron? Apakah kehidupan keluarga mereka selanjutnya baik- baik saja?Akan ada jawaban untuk semua pertanyaan tersebut di akhir cerita, yang alhamdulillah happy ending, walau tentu saja tidak dengan cara yang mudah.

Lewat novelnya ini, Poppy sukses menceritakan bagaimana peliknya hubungan di sebuah keluarga besar. Kadangkala perhatian dan campur tangan tipis bedanya. Dan sebagai anak muda, kadang- kadang penilain mereka juga akhirnya mempengaruhi cara berpikir Amelia. Pengarang juga ingin berbagi, bahwa sekuat apa pun campur tangan pihak lain, walau itu keluarga dekat pun, selama keluarga inti solid, tak akan terjadi apa pun. Joke jokenya juga segar, walau ada di antaranya agak kasar menurut saya, seperti dialog saat Baron menunggui istrinya di RSB. Waktu itu Baron menanyakan apakah Amelia sakit, setelah kontraksi nyaris setiap 5 menit dan jawaban Amel adalah" Tidak juga.Kalau mau tahu seperti apa sakitnya, sini aku korek bola matamu pakai garpu". Rasanya kok nggak enak banget ya jadi Baron dikatain seperti itu.

Tapi overall, buku ini, yang sepertinya lebih bagus disebut sebagai diary, patut dibaca dan perlu. Karena akan semakin memperkuat cinta kita pada Ibu, seperti yang dikatakan Amel di halaman 53 " Pengalaman ini, tegangnya menunggu, sakitnya kontraksi, meregang nyawa selagi mengejan, membuatku tersadar betapa seorang wanita hampir tidak diberikan kehormatan yang layak atas perjuangannya. Maka dari itu, sepulangku dari rumah bersalin, aku duduk bersimpuh, meminta maaf sambil mencium kaki ibu"

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar