@SyifaDhani. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Mahkota Cahaya Untuk Ayah Bunda, Tak Mudah menjadi Hafiz..

Judul buku          :  Mahkota Cahaya Untuk Ayah Bunda
Pengarang           :  Fifa Dila.
Penerbit              :  Noura Books( Mizan Publika)
Jumlah halaman   :  254
Tahun terbit         :  2014

Hafiz gemetaran. Kakek menyuruhnya menkhatamkan Al-Quran agar selamat dunia akhirat. Pak Jafar menhardiknya karena tidak sekolah dan tidak punya masa depan. Seandainya orang tuanya masih ada, apa kata mereka?

SINOPSIS.

Hafiz masih berusia setahun, saat kapal yang ditumpanginya bersama ayah ibunya terbakar hebat di lautan. Ayahnya terjebak di sebuah ruangan di dalam kapal dan terbakar, sementara ibunya tenggelam di saat terakhir menyongsong kapal penyelamat. Seorang teman ayahnya lalu membawanya ke P Antara, sebuah pulau kecil di dekat P Bawean, tempat dengan jarak tempuh 4 jam menggunakan perahu motor dari Surabaya.Di pulau itulah kakeknya, Ustaz Alimudin tinggal.

Kini di usianya yang 10 tahun, Hafiz menghabiskan hari harinya bersama kakeknya, seorang pendakwah yang juga mengurus langgar.Setiap hari, kegiatan utamanya adalah menghapal Al Quran di bawah bimbingan kakeknya. Pagi, siang, sore dan malam, kesibukannya berkutat di langgar untuk menghapal dan setor hapalan, membersihkan langgar, diselingi menggembalakan kambing kambingnya. Tapi bukan berarti Hafiz kehilangan keceriaan masa kecilnya. Di sela sela menggembala, dia melakukan banyak kegiatan bersama teman temannya, Nur, Mahmud, Jidan dan Riski. Dari mulai berenang di sebuah air terjun kecil, mencari buah buahan, mengambil kelapa muda dll. Sekilas mereka tak berbeda, kecuali satu hal, Hafiz tidak mengenyam pendidikan formal seperti teman temannya yang lain.

Hal itu kian lama kian mengganggu pikiran Hafiz. Bersekolah sepertinya menarik. Sebagai seorang anak berusia 10 tahun, rutinitas menghapal kadang juga agak membosankan. Tapi kehendak kakeknya agar Hafiz bisa mengkhatamkan Al Quran juga amat sangat penting.Dua hal yang menimbulkan dilema buatnya. Apalagi setelah anak anak bercerita bahwa ada guru baru dari kota, pak Jafar namanya. Guru yang disukai dan dekat dengan anak anak. Suatu hari, Hafiz yang penasaran, melihat aktivitas sekolah dari dekat. Dan di sanalah, dia berkenalan dengan pak Jafar yang lalu berjanji akan bertemu kakeknya, agar Hafiz bisa sekolah juga. Tapi rencana itu belum juga dilaksanakan, mungkin karena kesibukannya mempersiapkan darmawisata bersama teman temannya ke Surabaya.

Hafiz pun tidak tinggal diam. Secara perlahan lahan dia berusaha mengemukakan keinginannya kepada sang kakek, di sela acara menghapal dan setor hapalannya. Kakeknya yang keberatan, berkata" Kakek ingatkan lagi dan lagi nak. Luruskan niatmu. Cita citamu sekarang hanya satu, menjadi penghapal Al Quran. Hadiahkan mahkota cahaya untuk orang tuamu di surga" ( halaman 63).Tapi pada akhirnya sang kakek luluh juga. Hafiz boleh sekolah setelah khatam Al Quran nya. Dan karenanya, Hafiz pun kian giat menghapal agar keinginannya untuk bersekolah bisa tercapai.Dan satu kegiatan tambahan yang dilakukannya adalah mendengarkan pelajaran dari balik jendela kelas, di sela menggembala kambing.Mulai belajar menghapal, juga menggambar, tapi tanpa sepengetahuan pak Jafar.

Keadaan sudah mulai membaik, saat sesuatu terjadi. Kakeknya bersama Pak Umar tetangganya, pergi ke kota dijemput polisi. Hafiz yang polos mengira kakeknya mendapat undangan ceramah di Kecamatan.Ternyata kakeknya dibawa karena hendak ditahan, setelah dituduh sebagai teroris. Dampaknya, langgar jadi sepi dan teman teman menjauhinya. Untunglah keadaan ini tak bertahan terlalu lama. Kakeknya tak terbukti teroris dan dilepaskan atas bantuan teman Pak Jafar dari Surabaya.Tapi lagi lagi ujian datang lagi. Tak lama tinggal di rumah, kakeknya meninggal dunia. Dan itu jadi pukulan yang teramat berat buat Hafiz.

Guncangan yang dialami Hafiz amatlah besar. Dia bahkan masih menganggap kakeknya ada. Dan sesuatu yang ganjil terjadi. Hafiz banyak melupakan hapalan hapalannya, juga melupakan bacaan adzan, hal yang sebelumnya dia hapal luar kepala. Hafiz lalu berusaha keras agar hapalan hapalannya kembali, Pagi siang dan malam, dan akhirnya dia pun tumbang.Hafiz ditemukan pingsan dan dibawa ke puskesmas. Selama 4 hari dia harus menginap di sana karena menderita thyphus.Setelah sembuh dan pulih kembali, atas inisiatif Pak Umar dan Pak Jafar, juga sepersetujuannya, Hafiz berangkat ke Surabaya untuk mengikuti Pesantren Ramadhan di tempat kenalan Pak Jafar, Ustaz Habib Abdullah.

Lalu apakah yang terjadi setelah Hafiz sampai di Surabaya? Apakah cita citanya untuk mengkhatamkan Al Quran akan tercapai? Apakah kedatangan pertamanya ke Surabaya tidak bermasalah? Apakah akhirnya Hafiz juga bisa menempuh perndidikan formal seperti teman temannya?Apakah komunikasi antara Hafiz dan teman temannya juga Pak Jafar masih terjalin?

Review saya,

Saya membeli novel ini sekitar 4 bulanan yang lalu, tapi baru sempat membacanya sekarang. Dan terus terang saya menyukainya. Pesan dari novel ini, yakni tentang keutamaan mengkhatamkan Al Quran, dan diimplementasikan dalam tulisan populer tentulah bukan hal yang mudah. Tapi sebagai pembaca awam, saya merasa penulis telah berhasil melakukannya.Lewat tokoh utama, yakni Hafiz, seorang bocah berusia 10 tahun dan Pak Alimudin kakeknya, kita diajak penulis untuk mengerti, bahwa itu bukan hal yang mudah. Lewat konflik demi konflik yang terbangun, pembaca seperti dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan.


Selain itu dialog dialog atau celetukan Hafiz dan teman temannya juga segar tersaji. Ada beberapa di antaranya saya catat, seperti ini:
- Kebun binatang lebih aneh lagi.Yang dia tahu, kebun adalah tempat menanam tanaman. Kalau kebun Binatang, Hafiz jadi bertanya tanya, apakah semua binatang mau ditanam berjajar begitu? ( halaman 27)
- Hafiz membayangkan Ibnu Sina sebagai dokter di Puskesmas. Ibnu Sina memeriksa sakit seorang anak dan mencari resepnya dari Al Quran yang terbuka di mejanya.Hafiz bertanya tanya. Selama ini dia belum pernah mendengar penjelasan tafsir Al-Quran dari kakek tentang tablet, kapsul, puyer dan obat obatan Puskesmas..( halaman 43)
- Hafiz tahunya gedung ya gedung sekolah.Dia membayangkan sekolah ditumpuk tumpuk setinggi pohon kelapa. Dia takjub dan heran, bagaimana mungkin rumah bertumpuk itu tidak roboh?( halaman 51-52)
- Aku tidak ikut.Susah menghapal nama planet, , hewan, tanaman. Beras saja dikasih nama Ori..Orina..susah gitu.Enaknya langsung dimakan, nggak usah diingat ingat( halaman 98).

Hal lain yang menarik dari novel ini, adalah informasi yang cukup lengkap tentang bagaimana cara menghapal Al Quran, buat seorang anak berusia 10 tahun. Tapi tidak bersifat teoritis, tapi juga menjadi bagian dari cerita. Juga paparan tentang tanda tanda Kiamat lewat dialog antara Kakek dan anak anak( halaman 25). Selain cukup berhasil membuat dialog dialog panjang tapi mudah dipahami, penulis juga pintar membuat adegan- adegan kocak, misalnya adegan saat Hafiz yang menggambarkan Jidan keadaan kota. Hafiz yang belum pernah ke kota, menggambar rumah bertumpuk, dalam arti sebenarnya( halaman 80)

Walau di banyak aspek, penulis berhasil, di beberapa hal yang lain, ada juga pertanyaan yang terbersit di benak saya, seperti :
- Manakah penyebutan yang betul, Ustad, Ustaz atau Ustadz?
- Di halaman 82, Pak Jafar belum mengajukan pertanyaan, tapi Mahmud sudah memberikan jawaban.Ada bagian yang terpotongkah?
- Di halaman 84, tidak diceritakan Hafiz sedang menghapal Al-Quran, tapi di halaman 85 pak Jafar bilang bacaan Hafiz sejuk.
- Setahu saya, sudah ada wajib belajar SD. Apakah ini tidak berlaku untuk Hafiz?
-Sebetulnya Pak Umar itu hanya tetangga atau saudara? Di halaman 105 disebutkan bahwa dia adalah tetangga yang baik hati, tapi di halaman 139 disebutkan sebagai keponakan kakek dari pihak pakde.
- Ada penjelasan bu Umar yang mengganggu tentang definisi teroris di halaman 130, teroris itu pelaku bom bunuh diri dan melukai banyak orang dengan membawa bendera agama Islam.. Menurut saya itu penjelasan yang agak menyesatkan. Teroris berarti orang atau pihak yang melakukan teror dan itu bisa dilakukan oleh pihak mana pun.
- Di halaman 158, dijelaskan khayalan Hafiz tentang percakapannya dengan sang kakek almarhum. Akan lebih jelas kalau di bagian itu bentuk hurufnya tidak disamakan dengan bagian lainnya, agar pembaca tidak bingung.
- Mungkin karena penulis fokus pada kekuatan cerita, deskripsi tokoh tokohnya lupa dijelaskan. Jadi tak ada yang membekas di ingatan selain umur Hafiz dan teman temannya. Boleh jadi tambahan informasi, seperti bentuk badan, warna kulit dll akan lebih menghidupkan cerita.

Tapi secara keseluruhan, novel ini layak dipilih sebagai bacaan keluarga. Dibacakan oleh ayah atau ibu untuk memotivasi putra putrinya untuk mengkhatamkan dan hanya bersandar pada kebesaran Al Quran. Saya anggap ini bukan bacaan anak anak, karena ada beberapa bagian cukup rumit, seperti bab yang membahas tentang masalah teroris.Pilihan untuk memilih hanya pendidikan agama, pendidikan formal saja atau merangkum kedua duanya diserahlan pada pembaca..



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

7 komentar:

Fardelyn Hacky mengatakan...

Kalau membaca sinopsisnya, aku membayangkan ini adalah semcam novel religi, namun aku tak menemukan gambaran tersebut di kovernya, atau, ini hanya penglihatanku saja yang salah? xixixii...
Btw, menurut KBBI, yang betul 'ustad' mbak, hehee

Unknown mengatakan...

setuju, kovernya tidak mewakili cerita dik, padahal novel ini pekat aroma religinya. Siip untuk ustadnya..

Anne Adzkia mengatakan...

Kenapa ya KBBI memasukkannya kata Ustad, padahal ustad artinya bukan guru. Guru dalam bahasa Arab adalah Ustadz. cmiiw.
Wah, banyak inkonsistensi ya, mbak Dhani. Thanks for sharing this.

Unknown mengatakan...

karena itu saya bingung de. Walau secara isi, buku ini cakep dan pemenang Noura Books Academy.

Unknown mengatakan...

Ustad, ustaz dan Ustadz ini semacam selingkung bahasa dalam penerbitan atau gimana saya juga kurang paham. Selama penulisan saya memakai kata 'Ustadz' karena saya sering baca itu di beberapa buku. Namun saat melalui proses proof di penerbit mengalami perubahan sesuai kbbi 'ustaz'.
Makasih mbak Dhanik atas reviewnya. Masukan-masukannya kusimpan untuk pembetulan dimasa datang ^_^

Unknown mengatakan...

sama sa,a dik, semoga suka yaa

Yoekaa mengatakan...

Temananya islami ya mbak... bagus sinopsisnya bisa menarik saya buat baca hehe

Posting Komentar